Senin, 06 September 2010

NUN SETEGAK TIANG

Rima dan irama hidup
Akan terus mendekap
Menghadiahkan lagu renun
Akan terurai segala bayang
Yang telah lama hilang
Akan riang
Nun setegak tiang
Ilahi pun menabur sayang


Blega, 7 September 2010/ 28 Ramadlan 1431 H

IDUL FITRI

Melangkah mengasah sejarah
Untuk idul fitrih
Tarian jiwa semakin riang
Ikuti jalan terang
Alamat pesona sajadah panjang


Blega, 7 September 2010/ 28 Ramadlan 1431 H



MENJELANG HARI RAYA

Lama tak bertamasya
Mengelilingi dunia maya
Taman-taman persahabatan
Bermekaran bunga pengertian
Badai kebencian
Tak lagi mengecup tangan kehidupan

Alangkah bahagia
Alangkah mempesona
Menjelang hari raya
Semua bahasa
Melukiskan cinta

Blega, 7 September 2010/28 Ramadlan 1431 H

Jumat, 16 Juli 2010

AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAM-DIAM

aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa pesan singkat atau dering panggilan di telpon genggam

aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa mawar atau ukiran wajah dari pualam

aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa surat cinta atau titipan salam

aku telah mencintaimu secara diam-diam
dengan puisi yang sebentar lagi akan terkubur dalam-dalam

09 Juli 2009

Biodata Penyair
M. Hasan Sanjuri ia adalah penyair lombok yang kini menjadi salah seorang pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA). Karya-karyanya tersebar diberbagai media baik lokal maupun nasional. Di samping itu terkumpul dalam berbagai buku antologi seperti CAHAYA KATA, dan Kumpulan Puisi Bumi Gora yang ditulisnya di lounching di Gedung Serba Guna TMI Putri berbarengan dengan acara SBSB yang dihadiri oleh D Zawawi Imron, Taufik Ismail, Iman Soleh, Joni Ariadinata, Jamal D Rahman dan beberapa penyair lainnya.

Rabu, 14 Juli 2010

SEBELUM BERANGKAT

Sebelum berangkat
Ku mau
Langit dan rumput
Saling bersujud padaMu

Sebelum berangkat
Ku mau
Riak dan gelombang
Saling menjadi sajak
Tentang jejakMu

Sebelum berangkat
Ku mau
Badai dan sepoi
Saling berpuisi
Tentang rahman-rahimMu

Sebelum berangkat
Ku mau
Terang dan petang
Saling menjadi saksi
Tentang kesempurnaan ciptaMu

Al-Amien, 29 Juni 2010

Biodata Penulis
Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986. Putra KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Semenjak kecil akrab dengan kehidupan pesantren. Semenjak nyantri mulai akrab dengan dunia tulis menulis. Ia adalah seorang guru MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 di sela-sela senggangnya ikut membina di Sanggar Sastra Al-Amien Prenduan, di samping itu sebagai pendiri SastraSunser317 di Facebook. Karya-karyanya dipublikasikan diberbagai media baik cetak seperti Buletin Sidogiri, Majalah QA, Majalah QALAM, Majalah Kuntum (Joqja), Majalah Bongkar dll maupun diberbagai media online seperti mediasastra.com, puitika.net, antologi.net, PENA (Persatuan Penulis Nasional, dengan situs penulisnasional.ning.com) , http://www.poemhunter...., esastera.com sejenis majalah online tingkat asia dll. Terkumpul dalam Antologi Mengasah Alief (2007) bersama 10 Penyair Al-Amien, Antologi Puisi Yaasin (2007), bersama seluruh pesantren se jawatimur, Toples (2009) bersama Mahasiswa jogjakarta, Antologi Puisi Akar Jejak (2010) antologi bersama para penyair Al-Amien yang dilaounching bukunya bertempat di pondok pesantren al-amien bertepatan dengan acara SBSB yang dihadiri oleh Bapak Taufik Ismail, Jamal D Rahman, Iman Sholeh, D Zawawi Imron, Joni Ardinata. Kumpulan Puisi Heart Weather adalah kumpulan puisinya yang diterbitkan via ebook tepat pelaksanaan SBSB.selebihnya adalah antologi puisi yang diterbitkan secara pribadi. Kini penulis tinggal di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 untuk mengabdikan diri sebagai tenaga edukatif. Alamat email putra_blega@yahoo.com /lora_sun31@yahoo.com CP 087852121488

Rabu, 30 Juni 2010

JEMARI MEMORI MENGANTAR JAWAB


Suatu siang engkau datang alamat apa yang kau bentang
membawa segenggam bunga kamboja berbau melati
yang kau tanam di bukit cinta beribu purnama
hatiku berdesir mengalir bak air, sejuk
kau singkap sobekan luka kecewa
kau ulur jemari memori
yang kini belum mati
ribuan harap
berceloteh
ting!
menghilang
disapu realita
tajamnya sembilu
menoreh lebamnya rindu
hingga pagi kauunjuk suara
syahdu rindu menangkap erang
tanyapun terlempar cintamu sedetik nadi
jawabnya: "namun kekuatannya menghidupiku
matamu masih tersimpan jauh di samudera cintaku
pendaran warnanya mengisi tempurung jagad bathinku
bumi berkerut langit terpecah detak jantungmu masih kurasa."

by: 'Liz
Bdg,23 Mei 2010
Biodata Penyair
Elis Tating Bardiah, S.Pd, lahir di Bandung, 01 Maret 1978. Ia seorang Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Jurusan Akuntansi. Ia seorang guru di dua SMA swasta (SMA Muhammadiyah 1 dan SMA PGRI 2 Bandung) sebagai guru Mata Pelajaran Ekonomi dan Akuntansi dari tahun 2004 sampai sekarang Mulai menekuni dunia puisi 2009 dan pernah diminta mengendorse buku “Merancang Masa Depan Buah Hati” Karya H. Mulyadi, M.M Oleh Penerbit Pustaka Hidayah Bandung. Karya-karya yang lain bisa dibaca di blog pribadinya http://www.raudhohqolbu.blogspot.com di samping itu mulai dari bulan Maret 2010 karyanya ditampilkan/dibaca pada acara amal Majelis Sastra Bandung dan 4 Perempuan. Kini penyair sedang dalam proses pembuatannya. Penyair berdomisi di Jl. Pasir Salam No. 29 Bandung 40254. Segala hal yang ingin ditanyakan bisa langsung dikirim ke alamat email jiwaperindu@yahoo.com/
lizkhoirunnisa@gmail.com/lizkhoirunnisa@yahoo.com atau di nomer handphone 0812 218 42242

ADALAH CINTA

Pernah kau bertanya pada senja yang merona.
Mengapa dia biarkan malam diamdiam menyergap
dan menutupnya dengan selubung hitam gelap?
Padahal setelah semua terselimuti, malam pun pergi menjemput pagi.
Karena cinta katanya, dan senja pun berlalu meninggalkanmu yang diam termangu.

Lalu kau bertanya pada daundaun gugur pohon belimbing di taman samping.
Mengapa dia biarkan diri terlepas dari sang induk lalu membusuk menjadi rabuk* ?
Padahal setelah daun terurai, akar menyerapnya dan mengedarkan ke dahandahan tempat dia dulu pernah bertahan.
Karena cinta katanya, dan daundaun gugur itupun mematung mengabaikanmu yang nampak linglung.

Dan sore ini, kau bertanya padaku (lagi)
Mengapa aku rela melepas jubah satriaku dan membiarkan diriku ikut mengembara bersamamu?
Padahal kau hanya seorang sudra, pencinta katakata tanpa harta tanpa tahta.
Karena cinta kataku, seraya menyodorkan secangkir kopi tubruk kesukaanmu.

Kali ini kau mengerti dan tersenyum penuh arti.

Adalah cinta, yang dengan rela mengikuti ke mana arah takdirnya.


(2009)
cat.
*rabuk : pupuk dalam bahasa jawa

tentang penulis :

Eti Puji, penikmat sastra yang mencoba menuangkan isi kepalanya ke dalam kata-kata. Tinggal di Jakarta.