Selasa, 09 Februari 2010

TEKA-TEKI CINTA

“Ihsan kamu harus menikah dengan uswah!”
”Menikah!”
”Ya, kamu harus menikah dengan Uswah!”
”Kenapa harus dengan Uswah?”
”Kamu akan hidup bahagia!”
”Semudah itukah?”
”Ya!”
”Memang apa kelebihan Uswah?”
”Banyak!”
”Bukankah dia, hanya seorang perempuan desa!”
”Memang kenapa, kalau dia seorang perempuan desa?”
”Dia pasti punya pengetahuan yang terbelakang dan tidak bisa diandalkan!”
”Kamu tidak boleh menilai seseorang, hanya dari asalnya saja!”
”Memang begitu kenyataannya, semua orang desa pasti sama! Tidak punya malu, seperti Maryamah yang kamu tawarkan padaku dulu!”
###
Percakapan Ihsan dan Hasan terhenti. Hanya desir angin yang mereka biarkan berdesir dan menyisir rambut serta kenangan masa lalu mereka.
”Uswah tidak seperti Maryamah! Uswah orangnya santun dan masih polos!”
”Bukankah pernyataan seperti itu, sudah pernah kamu lontarkan padaku!”
”Kalau Uswah, aku sudah melakukan pengamatan dengan sangat teliti, aku harap kamu mengerti! Ini sebagai penebus kesalahanku di masa lalu karena telah cerobah dalam memilihkan calon pendamping hidupmu!
”Tidak semudah itu Hasan! Hatiku masih sakit, terlebih bila mengingat kenangan masa laluku bersama Maryamah yang suram itu!”
”Aku mengerti apa yang kamu rasakan Ihsan, menghilangkan perasaan trauma masa lalu tidaklah mudah!”
”Lantas kenapa kamu masih memaksaku untuk menikah dengan Uswah?”
”Karena aku yakin, sudah tiba saatnya kamu bangkit dari trauma masa lalumu yang suram! Sudah saatnya pula, kamu hidup di dunia nyata tanpa harus berdiam diri dalam penyesalan yang hanya akan menyiksamu saja!”
”Baiklah, akan aku pekirkan dulu! Aku tidak mau, kenyataan pahit menimpaku lagi!”
###
Perlahan bayangan Maryamah, terus menari dalam ingatan Ihsan. Perempuan desa yang pernah mengecewakan perasaannya, seakan-akan tersenyum sinis melihat keadaaan Ihsan.
Maryamah, aku sangat membencimu. Maryamah, aku sangat kecewa padamu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkanmu. Maryamah, demi harta kamu telah menggadaikan cintaku. Maryamah, demi harta kamu tega membuat hidupku memenderita. Maryamah, tak kusangka hatimu bisa mendua. Kamu bisa membagi cintamu, tak hanya denganku. Kamu membagi cintamu, dengan lelaki yang lebih gagah dan lebih kaya dariku.
Maryamah, cintamu palsu. Janjimu palsu. Kamu hanya mencintai, hartaku saja. Kamu tak pernah mencintaiku. Buktinya, setelah aku miskin, kamu berpindah hati. Kamu hanya iblis, yang menjelma manusia. Ihsan tidak henti-hentinya, meluapkan semua rasa kekecewaannya kepada Maryamah sambil membanting foto Maryamah ke lantai.
Tiba-tiba pintu rumah Ihsan berbunyi.
”Siapa di luar?”
”Aku, Hasan!”
”Silahkan masuk!”
Hasan masuk dan langsung menuju Ihsan. Dari kejauhan, Hasan mengamati prilaku Ihsan. Hasan sangat iba, pada Ihsan. Hasan merasa sangat berdosa, karena telah mengenalkan Maryamah dan menikahkan Maryamah dengan Ihsan.
”Ihsan, kamu tidak boleh terlalu sedih!” kata Hasan dengan lembutnya dan sangat hati-hati.
Ihsan hanya terdiam, mendengarkan nasehat sahabatnya.
”Hasan, kamu harus mengerti perasaanku!”
”Aku mengerti, tapi kamu sudah keterlaluan!”
”Ini semua berkat ulahmu juga!” Ihsan naik pitam.
Hasan terdiam. Tanpa kata. Hasan menyadari kesalahannya.
”Aku minta maaf, oleh sebab itu aku datang kemari untuk menebus seluruh kesalahanku di masa lalu!”
”Semudah itukah, kamu menghapus seluruh perih dalam hatiku?”
”Aku sadar, permintaan maafku tidak bisa menghapus perih dalam hatimu. Namun, Insya Allah Uswah yang aku tawarkan untuk menjadi pendamping hidupmu kali ini, bisa menghilangkan rasa kekecewaanmu kepada Maryamah. Tak hanya itu, Uswah bisa memberikan kebahagiaan untukmu dengan kesetiannya.”
”Sudahlah, jangan berlagak alim di depanku. Kata Insya Allah terlalu indah dan terlalu suci untuk diucapkan. Kamu tidak pantas mengucapkan kalimat mulia itu!”
Hasan diam, mencoba tabah terlebih setelah menyadari kesalahan yang pernah diperbuat di masa lalu kepada Ihsan.
”Memang aku akui, ini terkesan begitu cepat. Namun aku mulai terbiasa mengucapkan kalimat tersebut, setelah aku mengenal KH. Latif!”
”Memangnya, siapa KH. Latif itu?”
“Ayahnya Uswah, calon mertuamu!”
“Memang apa yang telah kamu katakan kepada KH. Latif!”
”Aku menceritakan kisah masa lalumu yang suram! Aku menceritakannya, dengan penuh kesungguhan hati sembari mengharap keajaiban dari Allah. Barangkali setelah itu, aku bisa menebus kesalahanku di masa lalu kepadamu!”
”Bagaimana respon KH. Latif, ketika mendengar ceritamu?”
“Responnya baik dan menghadiahkan Uswah sebagai calon pendamping hidupmu. Uswah pun, sudah menyetujui permintaan ayahnya!”
“Bagaimana dengan penampilan Uswah? Dia tidak kampungan kan! Dia tidak bermata duitan bukan!” Lagi-lagi pernyataan kasar Ihsan terlontar, setelah bayangan Maryamah hinggap dibenaknya.
”Insya Allah kamu akan bahagia hidup bersama Uswah!”
Ihsan diam, hanya angin dibiarkan menyisir rambutnya. Ihsan merenung.
“Yakinkan hatimu, Uswah itu perempuan terbaik yang telah dianugrahkan Allah!”
”Bismillah, aku terima tawaranmu, semoga ini menjadi awal kebahagian dalam hidupku dan aku akan berusaha untuk membuat Uswah bahagia, agar dia tidak mengalami kenyataan pahit seperti yang telah aku alami!”
”Kalau begitu, mari kita membaca basmalah” Ajak Hasan sambil menggandeng tangan Ihsan.
Akhirnya, Mereka pun berangkat menuju kediaman KH. Latif untuk menemui KH. Latif dan membicarakan tentang pernikahan Ihsan dengan Uswah.

Al-Amien, 09 Januari 2010

Diterbitkan pada hari sahabtu 13 Maret 2010 di situs http://cerpen.net/cerpen-cinta/teka-teki-cinta.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat bertamasya dan selamat melukiskan sejarah anda di bawah semua tulisan yang tersedia.